Kesehatan Mental Bukan Guyonan


Kesehatan mental

apasebab.com - Masalah kesehatan mental sudah lama sekali ada, mungkin sepanjang sejarah manusia. Namun, “kesehatan mental” seolah tabu dibicarakan.

Itu dulu. Sekarang masalah “kesehatan mental” sudah mulai banyak diicarakan secara terbuka, termasuk oleh warganet.

Bagaimana tidak ramai dibahas. Masalahnya muncul hampir setiap hari dengan kasus yang berbeda-beda.

Bukan Sekadar Mengelola Emosi

Kesehatan mental bukan hanya masalah psikologis, tetapi juga mencakup kemampuan seseorang dalam mengelola emosi, membangun hubungan, menghadapi tekanan hidup, serta membuat keputusan.

Tekanan ekonomi, tingginya biaya hidup, persaingan kerja, hingga perubahan zaman yang serba cepat membuat banyak orang merasa tertekan.

Perasaan tidak ingin membebani orang lain, tak mau terlihat lemah, atau takut dengan stigma dari masyarakat, membuat sebagian orang memlih menyembunyikan masalah mentalnya.

Akibatnya, keluhan yang seharusnya dapat ditangani sejak dini menjadi semakin berat.

Sekitar 20 tahun lalu, masyarakat Indonesia heboh ketika seorang ibu di Bandung menghabisi nyawa anak-anaknya karena khawatir dengan masa depan mereka.

Sehari-hari Ibu tersebut dan keluarganya dikenal religius, berpendidikan, dan bergaul dengan masyarakat sekitar. Ia dan suaminya sama-sama alumni dari sebuah PTN ternama di Bandung. Siapa sangka di balik itu ada masalah kesehaan mental yang sangat serius.

Dua puluh tahun berselang, hari-hari sekarang ini, kasus-kasus serupa semakin sering terjadi, bahkan semakin seram. Korbannya tak hanya anak tetapi bisa siapa saja, termasuk diri sendiri.

Penyebab Masalah Kesehatan Mental

Penyebab masalah kesehatan mental
Normalisasikan lelaki bercerita jika ada masalah.


Masalah kesehatan mental tidak muncul begitu saja. Berikut ini beberapa  faktor yang menjadi penyebabnya.

1. Tekanan sosial dan budaya

Banyak orang memiliki ekspektasi tinggi terhadap pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan pribadi. Kenapa begitu? 

Biasanya sih karena ingin diterima atau dianggap berhasil oleh keluarga dan masyarakat. 

Ekspektasi tinggi (apalagi ketinggian) dapat menimbulkan perasaan tertekan yang selanjutnya memicu stres berkepanjangan, kecemasan, bahkan depresi.

2. Faktor ekonomi

Kesulitan finansial, kehilangan pekerjaan, atau merasa tidak aman secara ekonomi adalah salah satu pemicu terbesar masalah kesehatan mental. 

Banyak orang merasa tidak punya pilihan selain “bertahan”, sehingga menekan emosi pribadi.

3. Trauma masa kecil

Kekerasan verbal, fisik, atau pengabaian di masa kecil dapat memengaruhi cara seseorang merespons stres di masa dewasa. 

Di Indonesia, pola asuh keras, minim dialog, dan fatherless cukup banyak terjadi dan berdampak panjang.

4. Kurang edukasi dan akses layanan mental

Banyak masyarakat masih bingung ke mana harus mencari bantuan profesional. 

Selain itu, stigma terhadap psikolog dan psikiater membuat sebagian orang enggan berkonsultasi. Padahal, dukungan ahli bisa sangat membantu.

5. Pengaruh lingkungan digital

Media sosial membawa tekanan tersendiri: perbandingan hidup, komentar negatif, dan kecanduan layar membuat banyak orang lebih rentan mengalami stres emosional. 

Belum lagi berita buruk dan berita yang memancing emosi ada setiap hari. Dari berita kriminal, bencana alam, KDRT, korupsi, judol yang mati satu tumbuh seribu, hingga pernyataan asbun pejabat yang menyakiti hati rakyat.

Baca Juga: Pentingnya Me Time bagi Ibu, Bukan Gaya-gayaan

Penanganan Kesehatan Mental

Cara mengatasi mental health
Konsultasi dengan psikolog atau psikiater akan sangat membantu.

Masalah kesehatan mental perlu segera mendapat penanganan agar tidak semakin parah. Tenaga profesional seperti psikolog dan psikiater akan sangat membantu.

Selain psikolog dan psikiater, kini dikenal pula profesi terapis energetik.

Terapis energetik bekerja dengan pendekatan yang berfokus pada keseimbangan energi tubuh, emosi, dan pikiran.

Meski bukan pengganti layanan kesehatan mental klinis, sebagian orang merasakan manfaat dari metode ini sebagai pendukung proses pemulihan.

Terapis energetik biasanya membantu klien mengatasi stres, rasa lelah emosional, atau ketidakseimbangan batin melalui berbagai teknik, seperti pernapasan, meditasi, dan pelepasan emosi.

Penting untuk diingat bahwa layanan terapis energetik bukan pengganti pengobatan profesional untuk kondisi mental berat seperti depresi klinis, gangguan bipolar, atau gangguan psikotik.

Terapi energetik dapat menjadi pelengkap, tetapi diagnosis dan terapi medis harus tetap dilakukan oleh tenaga kesehatan berlisensi.

Penutup

Kesehatan mental dipengaruhi oleh banyak faktor, dari tekanan sosial, ekonomi, hingga pengalaman masa kecil.

Agar tidak terlanjur menjadi parah, masalah kesehatan mental harus segera ditangani oleh profesional seperti psikolog, psikiater, dan terapis.

Jika terkendala untuk berkonsultasi secara langsung, ada beberapa layanan kesehatan mental yang dapat diakses secara online, antara lain aplikasi JAKI (khusus warga Jakarta), Halodoc, Hotline SEJIWA (119 ext 8), dan HatiPlong.

Mencari bantuan untuk mengatasi kesehatan mental bukanlah kelemahan, melainkan bentuk keberanian  untuk hidup lebih sehat jiwa dan raga, serta masa depan yang lebih baik. 

Masih terkait kesehatan mental, baca juga artikel mengenai Kena Mental di Dunia Kerja.

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu, ya. Terima kasih.