7 Penyebab Perceraian, Bukan karena Ego Semata

Penyebab perceraian

apasebab.com – Rumah tangga harmonis pastilah menjadi idaman setiap orang. Bahkan, dongeng untuk anak-anak pun kerap kali diakhiri dengan “menikah dan hidup berbahagia selamanya”.

Sayangnya, setelah dewasa dan memasuki mahligai pernikahan, ternyata kehidupan nyata tak seindah dongeng. Rumah tangga harmomis semakin jauh dari jangkauan. Lalu, bercerai pun menjadi pilihan.


Apa Sebab Orang Bercerai?

Tak sedikit masyarakat (Indonesia) yang memvonis pasangan bercerai karena masing-masing terlalu mengedepankan ego. Saking egoisnya sampai tak peduli anak-anak menjadi korban.

Memang sih ada yang seperti itu, tetapi ada juga yang sebaliknya: memutuskan bercerai untuk menyelamatkan anak-anak. Nah, lho! Pernah terpikir begitu tidak?

BPS, seperti dikutip oleh tirto.id, menyebutkan bahwa pada tahun 2024 sebanyak 62,8% perceraian terjadi karena pertengkaran yang terus-menerus. Selain itu ada pula faktor lain seperti KDRT dan judi yang persentasenya terus meningkat sejak tahun 2020.

Btw, “pertengkaran terus-menerus” ini sebenarnya terlalu umum dan bisa jadi dipilih oleh pengaju perceraian saking kompleksnya masalah yang dihadapi atau ingin menutupi penyebab sesungguhnya dengan pertimbangan tertentu.

Orang bertengkar terus-menerus kan pasti ada penyebabnya, bukan semata-mata karena “ingin bertengkar saja”.

Well, agar tidak langsung memberi stempel “egois” pada pasangan yang memilih mengakhiri pernikahan mereka, berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi penyebab perceraian:

1. Perselingkuhan

Suami atau istri sama-sama punya potensi untuk berselingkuh. Penyebabnya? Bisa jadi karena bosan dengan pasangan, melihat orang luar lebih memesona dan sempurna, kesempatannya ada, atau ingin coba-coba.

Minyak kayu putih buat anak aja jangan coba-coba. Lah ini kok malah coba-coba selingkuh.

2. Masalah ekonomi

Sejak tahun 2020, persentase perceraian karena faktor ekonomi ini berkisar di angka 24% - 26%.

Tentang masalah ekonomi ini, warga +62 sering dengan mudahnya menuding istri sebagai pihak yang boros, tidak tahu bersyukur, tidak qanaah, dan tidak berterima kasih pada suami yang telah bekerja mencari nafkah.

Padahal bisa saja terjadi justru istri yang banting tulang cari nafkah. Suami hanya ongkang-ongkang kaki, tidak mencari nafkah, tidak membantu pekerjaan rumah tangga, dan maunya dilayani di sumur-dapur-kasur.

Baca Juga: Kenali Penyebab Stres 

3. KDRT

Kenapa orang bercerai?
Cinta bukan untuk menyakiti.

Angka perceraian karena Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang terdata di BPS sih tidak besar, tidak sampai 2% per tahun. Tapi itu yang terdata. Yang tidak terdata secara resmi?

Banyak keluarga menyembunyikan kasus KDRT. Alasannya karena malu pada keluarga besar dan masyarakat. Tapi tak ada yang mau memikirkan nasib korban KDRT.

Pada beberapa kasus, korban KDRT oleh pasangan ini dipaksa berdamai oleh keluarga dan aparat. Dipaksa untuk bertahan dalam penikahan sakit, tetapi kemudian malah berujung pada maut.

4. Judi dan alkohol

Dalam agama Islam, berjudi dan mengonsumsi minuman beralkohol sama-sama diharamkan. Mirisnya, masih banyak umat Islam yang melakukan hal haram tersebut.

Berjudi dan mabuk-mabukan sudah menjadi alasan kuat untuk mengakhiri pernikahan. 

Di media sosial cukup banyak perempuan yang speak up bahwa mereka mengajukan gugat cerai karena suami terjerat judol (yang biasanya sepaket dengan jeratan pinjol dan KDRT).

5. Perbedaan prinsip

Banyak hal yang dapat terjadi di tahun-tahun panjang pernikahan. Pada awalnya memegang prinsip yang sama, tetapi kemudian menjadi berbeda.

Mulai dari gaya hidup, pengasuhan anak, hingga agama yang dianut. Seperti kata lagu Mangu, “...cerita kita sulit dicerna, tak lagi sama cara berdoa....”

Baca Juga: Belajar Ilmu Parenting sebagai Bekal untuk Mengasuh Anak

6. Penyimpangan

Allah menciptakan dan Hawa untuk berpasang-pasangan. Pasangan bagi lelaki adalah perempuan, bukan sesama lelaki. Begitu pula dengan perempuan, pasangannya adalah lelaki dan bukan sesama perempuan.

Di masyarakat kita ada orang-orang dengan penyimpangan orientasi seksual begini. Agar terlihat normal di masyarakat, sekaligus menjaga nama baik keluarga, mereka pun menikah dengan lawan jenis.

Penyimpangan itu sering baru diketahui oleh pasangannya setelah mereka menikah. Kalau kalian dalam kondisi begitu, pilih bertahan atau bercerai?

7. Hanya satu yang berjuang

penyebab perceraian
Ketika dua hati tak bisa lagi bersama.

Pernikahan adalah perjalanan dua orang. Permasalahan harus dihadapi bersama, diperjuangkan bersama.

Sejuta tips pernikahan bahagia yang dibaca dan didengar menjadi sia-sia jika hanya satu yang berjuang untuk bertahan dan memperbaiki, sedangkan yang satu lagi tak peduli atau bahkan terus menyakiti.

Jika hanya satu yang berjuang, apa tidak lelah lahir batin?

Perceraian Setelah 25 Tahun

Perceraian ternyata tidak hanya terjadi pada pasangan yang baru 1-2 tahun menikah. Ada juga perceraian yang terjadi setelah melewati 25 tahun pernikahan atau bahkan lebih lama lagi.

Reaksi warga +62 umumnya,“Yaelah, udah tua kok malah cerai. Nyari apa lagi, sih?” Kalimat-kalimat semacam itulah.

Sama seperti pasangan muda, pasangan senior pun menghadapi banyak masalah dalam pernikahan, dari masalah ekonomi hingga perselingkuhan.

Perceraian saat anak-anak sudah dewasa pun bisa terjadi karena akumulasi masalah selama puluhan tahun.

Berpuluh tahun bertahan demi anak yang masih kecil-kecil, masih butuh biaya sekolah, masih butuh sosok keluarga yang utuh agar tidak di-bully oleh lingkungan. Sesakit apa pun, terus saja bertahan.

Setelah anak-anak dewasa dan mandiri, tak ada lagi yang perlu dipertahankan. Saatnya mengakhiri pernikahan dan membangun kebahagiaan sendiri.

Penutup

Rumah tangga harmonis yang sering kita lihat dari luar, sering kali tak seharmonis itu, bahkan bisa saja sedang menyimpan bara dalam sekam.

Hanya Allah dan mereka yang menjalani sendiri yang tahu masalah sebenarnya. Sebagai orang luar (meskipun sahabat atau kerabat), kita tidak berhak menghakimi.

Terkait bahasan tentang pernikahan, yuk baca juga artikel Kenapa Orang Tidak Menikah agar kita bisa lebih bijak memahami.


Referensi

Tirto. https://tirto.id/penyebab-perceraian-tertinggi-di-indonesia-cekcok-nomor-satu-hisb. Diakses tanggal 25 November 2025.


1 komentar

Komentar dimoderasi dulu, ya. Terima kasih.