Do’s and Dont’s yang Harus Diketahui Food Blogger


Do’s and Dont’s Food Blogger

apasebab.com - Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang luarrr biasa. Setiap daerah memiliki cita rasa, bumbu, dan tradisi makan yang khas. 

Sama-sama soto saja, beda daerah bisa berbeda bahan, bumbu, dan cara memasaknya.

Saking beragamnya kuliner Indonesia, orang Indonesia sendiri pun banyak yang tak tahu.

Beberapa waktu lalu sempat viral seseorang yang memberi ulasan jelek pada sebuah usaha kuliner kaki lima di Yogya. 

Gara-garanya, sudahlah mengantre lama, eh telur dadar hits yang dia pesan ternyata tipis dan seperti berenda. “Telur dadar apaan itu,” katanya marah.

Andai saja ia mau membuka wawasannya bahwa masyarakat kita memiliki beragam cara memasak telur dadar.

Nah, food blogger yang tersebar di berbagai daerah berperan besar dalam memperkenalkan keunikan kuliner Nusantara ini.

Peran Food Blogger

Saat ini orang tidak hanya mencicipi makanan dan minuman, tetapi juga membagikan pengalaman mereka di dunia maya. Mereka inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan food blogger atau food vlogger.

Kemunculan food blogger mengubah cara masyarakat dalam menikmati dan mempromosikan makanan.

Mereka tidak hanya menulis ulasan, tetapi juga menjadi storyteller yang menghidupkan kembali pengalaman makan melalui kata-kata, foto, dan video.

Dengan gaya bercerita yang personal, seorang food blogger bisa membuat pembaca merasa ikut bersantap.

Lewat blog dan media sosial mereka mengangkat beraneka kuliner Indonesia, termasuk jajanan kaki lima yang sebelumnya tak banyak dikenal.

Di era ketika visualisasi menjadi segalanya, food blogger mengubah makanan menjadi konten yang memikat mata sekaligus menggugah rasa ingin tahu.

Baca Juga: 8 Skill yang Perlu Dimilki oleh Beauty Blogger

Do’s dan Don’ts bagi Food Blogger

Etika food blogger dalam mereview kuliner
Food blogger memotret makanan.

Menjadi food blogger tidak hanya soal makan dan menulis. Ada tanggung jawab etika dan profesionalisme yang harus dijaga agar kredibilitas tetap terpelihara.

Do’s bagi Food Blogger

Berikut ini beberapa do’s yang penting untuk diketahui:

  1. Tulis dengan jujur dan objektif
    Kejujuran adalah kunci utama. Jika makanan enak, sampaikan alasannya. Jika ada kekurangan, ungkapkan dengan bahasa yang sopan dan konstruktif.

    Pembaca lebih menghargai kejujuran daripada pujian berlebihan. Ini perlu menjadi perhatian bagi food blogger yang dibayar untuk mengulas suatu makanan.

  2. Pelajari kuliner yang diulas
    Mengetahui sejarah atau filosofi di balik suatu hidangan membuat tulisan lebih bernilai.

    Misalnya, menceritakan asal usul nasi liwet atau makna budaya di balik tumpeng.

  3. Gunakan foto yang menggugah selera
    Visual adalah senjata utama seorang food blogger. Pelajari dasar-dasar food photography (pencahayaan, komposisi, dan warna) agar hidangan tampak menggoda tanpa harus berlebihan dalam edit.

  4. Hormati pemilik usaha kuliner
    Saat membuat ulasan, penting untuk meminta izin jika ingin mengambil foto di dapur atau mewawancarai pemiliknya.

    Sikap sopan dan profesional akan membuka lebih banyak kesempatan di masa depan.

  5. Gaya penulisan yang khas
    Seorang food blogger mesti memilki ciri khas. Konsistensi gaya akan membuat pembaca mudah mengenali identitas kita di tengah lautan konten kuliner.

  6. Perluas wawasan
    Mengetahui ragam bumbu masak dan bahan-bahan makanan, berikut dengan rasanya akan membuat ulasan lebih berisi.

    Misalnya, bukan sekadar menyebutkan “ayam bakar yang lezat dengan beraneka rempah”, tetapi bisa menceritakan rempah-rempah apa saja yang berkolaborasi menciptakan kelezatan itu. 

Don’ts bagi Food Blogger

Seperti apa rasa gado-gado?
Gado-gado.

Berikut ini beberapa don’ts yang wajib diketahui oleh food blogger:

  1. Jangan menyalin konten orang lain
    Plagiarisme adalah pelanggaran serius. Selain tidak etis, juga bisa merusak reputasi dan kepercayaan pembaca. Buatlah ulasan dengan perspektif dan pengalaman sendiri.

  2. Jangan mengkritik tanpa dasar
     Mengkritik berbeda dengan menghina. Jika merasa makanan kurang enak, sampaikan dengan alasan jelas—apakah bumbunya kurang kuat, teksturnya terlalu lembek, atau penyajiannya kurang menarik.

  3. Jangan menerima promosi tanpa transparansi
    Jika ada kolaborasi berbayar, sebutkan secara terbuka. Kejujuran dalam hubungan profesional menunjukkan integritas sebagai food blogger.

  4. Jangan menipu visual
    Mengedit foto hingga makanan tampak terlalu berbeda dari aslinya bisa menimbulkan kekecewaan pembaca. Lebih baik menampilkan keindahan autentik dari hidangan itu sendiri.

  5. Jangan abaikan aspek budaya dan etika lokal
    Beberapa jenis makanan memiliki nilai budaya yang tinggi. Misalnya songgo buwono, kuliner tradisional yang lahir dari Keraton Yogyakarta. Jajanan ini dulu hanya disajikan pada acara-acara khusus, seperti pernikahan

  6. Jangan mencela makanan
    Bagi food blogger yang beragama Islam penting untuk memahami bahwa Rasulullah melarang umatnya mencela makanan.

    “Tidaklah Nabi mencela makanan sedikit pun. Seandainya beliau menyukainya, beliau menyantapnya. Jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya.” (HR. Bukhari no. 5409 dan Muslim no. 2064).

Penutup

Melalui tulisan dan gambar yang menarik, food blogger tidak hanya membantu restoran atau pelaku kuliner kecil mendapatkan perhatian, tetapi juga menjaga kelangsungan budaya makan Indonesia.

Ketika kita lebih bangga memotret sate lilit atau es goyobod daripada makanan cepat saji dari luar negeri, itu adalah kemenangan kecil bagi kebudayaan kuliner kita.

Sebelum memutuskan menjadi food blogger, ketahui dulu alasan kenapa menjadi blogger agar dapat menikmati apa yang nanti dikerjakan.

Jadi, sudah siap mencicipi dan menulis kisahmu sendiri tentang kuliner Indonesia? 

Tidak ada komentar

Komentar dimoderasi dulu, ya. Terima kasih.