Pesona Resto Bergaya Jadul, Ini Penyebabnya


Resto bergaya jadul

Bisnis kuliner memang tidak ada matinya. Alasannya simpel aja sih, semua orang butuh makan. Itu kebutuhan primer.

Kalau di level sekundernya adalah kebutuhan mencari pengalaman makan di tempat tertentu.

Di sisi lain, bisnis kuliner juga kejam karena ketatnya persaingan sehingga banyak yang gulung. Baik itu warung kuliner skala kaki lima, cafe kekinian, maupun resto mewah nan eksklusif.

Untuk dapat bertahan, berbagai cara dilakukan. Misalnya menyajikan menu yang unik, mendekorasi interior dan eksterior semenarik mungkin, hingga mengadakan berbagai program promo.

Konsumen pun jadi memiliki banyak pilihan. Selain menu, fasilitas dan dekorasi pun sering menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih resto atau kafe untuk kulineran.

Resto atau kafe dengan konsep vintage alias jadul menjadi salah satu pilihan yang menarik.

Apa Sebab Memilih Resto Bergaya Jadul?

Belakangan ini gaya jadul atau vintage menjadi tren dalam mendekorasi suatu tempat. Peminatnya pun lintas generasi, dari generasi boomer, X, hingga generasi Z.

Generasi Alpha nggak disebut karena umumnya masih mengikuti pilihan orang tua (yang umumnya dari generasi milenial atau gen Z awal).

Tentu, bukan tanpa alasan. Semua pasti ada sebabnya, kan? Nah, di bawah ini empat penyebab banyak orang menyukai resto atau kafe bergaya vintage:

1. Unik

Di tengah tren modernitas, minimalis, atau gaya industrial, tempat kuliner yang mengusung konsep jadul jadi terlihat unik.

Keunikan ini menjadi daya tarik bagi mereka yang ingin sesuatu berbeda dari keseharian.

2. Nostalgia

Menggugah nostalgia. Itulah yang dimunculkan oleh kafe dan resto bergaya jadul.

Berbagai benda dan ornamen jadul dihadirkan sebagai sebuah kesatuan yang membawa kenangan terbang menembus waktu. Meja, kursi, lemari pajangan, televisi, pesawat telepon, poster dan foto-foto lawas, serta banyak barang unik lainnya.

Apa Sebab pernah ngobrol dengan penjual barang antik di Pasar Antik Cikapundung, Bandung. Menurutnya, salah satu pelanggan mereka adalah pengusaha kuliner yang mengusung konsep jadul.

Bagi generasi tua, berada di resto bernuansa jadul akan membangkitkan kenangan masa lalu. Masa-masa menonton televisi hitam putih, mengayuh sepeda ontel, mengetik dengan mesin ketik, dan sebagainya.

Bagi generasi muda, nuansa jadul itu terlihat unik, eksentrik, dan bisa jadi mengingatkan saat liburan di rumah kakek nenek atau mbah buyut.

3. Homey

Penataan resto dan kafe jadul sering kali memberikan kesan homey, bahkan sejak pertama kali melangkah masuk.

Rasanya seperti pulang ke rumah (keluarga) sendiri. Ada suasana hangat dan akrab yang terasa relate dan bikin betah.

Bedanya, di sini makan dan minum harus membayar, tetapi tidak perlu memasak dan mencuci piring sendiri.

4. Instagramable

Kafe dan resto bergaya jadul
Kafe dan resto bergaya vintage memiliki daya tarik tersendiri.

Di era media sosial seperti sekarang, tempat wisata dan kuliner yang instagramable menjadi daya tarik tersendiri. Kenyataannya sih nggak cuma untuk diposting di Instagram, tetapi juga di TikTok, Facebook, atau media sosial lainnya.

Selain empat faktor di atas, tentu saja makanan dan minuman yang disajikan, serta pelayanan yang diberikan menjadi penentu. Apakah akan datang lagi dan menjadi pelanggan setia, atau cukup sekali saja.

Baca Juga: 6 Alasan Orang Suka Traveling

Tempat Kuliner Bergaya Jadul

Di negara kita, tempat kuliner bergaya jadul dapat ditemukan di banyak kota. Terutama di kota-kota besar dengan kaum urban yang kerap merindukan masa lalu atau merindukan kampung halaman.

Ada yang benar-benar jadul alias sudah berusia puluhan tahun atau bahkan satu abad. Ada pula yang baru beberapa tahun berdiri tetapi sengaja mengusung konsep jadul.

Berikut ini beberapa tempat kuliner bergaya jadul di Indonesia:

1. Cafe Batavia, Jakarta

Mengutip dari Tempo, pada tahun 2024 lalu kafe ini berusia 31 tahun (berdiri tahun 1993). Namun, bangunan yang kini menjadi kafe ini telah berdiri sejak tahun 1805.

Bangunan tua ini adalah cagar budaya grade A, sehingga bentuknya tidak boleh diubah.

2. Braga Permai, Bandung

Sesuai namanya, restoran ini berada di Jalan Braga. Jalan legendaris dan ikonik di Bandung. Mengutip Portal Bandung, restoran ini berdiri sejak tahun 1918 dan menjadi resto favorit kaum elite pada masa kolonial.

Sekarang resto ini masih menyajikan menu-menu klasik zaman kolonial, seperti bitterballen dan erwtensoop (sup kacang polong).

Baca Juga: Makanan Berkuah yang Jadi Favorit Banyak Orang

3. Toko Oen, Semarang

Pada masa penjajahan Belanda, tempat ini dikenal sebagai satu-satunya restoran yang menyuguhkan masakan Belanda, Nusantara, dan Tionghoa.

Sampai kini, menu-menu yang disajikan di sana masih otentik seperti zaman kolonial.

4. Graha Es Krim Zangrandi, Surabaya

Berdiri sejak tahun 1930, kedai es krim ini menjadi saksi perjuangan masyarakat Indonesia, terutama di Surabaya.

Awalnya kedai ini bernama Ijspaleiisje Tutti Frutti, tetapi kemudian pemiliknya pulang kampung ke Italia. Kedai tersebut dibeli oleh sahabatnya yang orang Indonesia dan berubah nama menjadi Graha Es Krim Zangrandi.

Selain cita rasa es krim yang masih seperti zaman kolonial, bangunan kedai ini pun tak berubah karena merupakan cagar budaya.

5. Warung Lawas Sunggal, Medan

Resto vintage di Medan
Resto bergaya vintage memberikan banyak instagramable spot.

Berbeda dengan tempat kuliner di atas, Warung Lawas Sunggal masih berusia muda, baru berdiri tahun 2022.

Suci, Travel Blogger Medan yang pernah ke sini menyebutkan masuk ke rumah makan ini seperti masuk ke museum saja saking banyaknya barang antik dan jadul yang dipajang di sana.

Warung Lawas Sunggal memiliki banyak sudut bergaya klasik yang indah dan sangat cocok untuk berfoto.

Penutup

Kafe dan resto bergaya jadul memang menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmat kuliner.

Selain menikmati cita rasa kulinernya, juga menjadi tempat bernostalgia dan berwisata sejarah. Btw, resto atau kafe favorit Teman-teman yang seperti apa, ya? Boleh banget lho kalau mau berbagi cerita.


Referensi
  • Disbudporapar Surabaya. https://disbudporapar.surabaya.go.id/adinda/portaldata/cagarbudaya/detail/zangrandi-ice-cream Diakses tanggal 4 Agustus 2025.

  • Portal Bandung. https://bandung.go.id/citizen/detail/1550/braga-permai-restoran-legendaris-berusia-lebih-dari-100-tahun-di-kota-bandung-1723615489. Diakses tanggal 4 Agustus 2025.

  • Tempo. https://www.tempo.co/gaya-hidup/melongok-masa-lalu-di-cafe-batavia-kota-tua-jakarta Diakses tanggal 4 Agustus 2025.

4 komentar

  1. Makasih ya udah mampir membaca.

    BalasHapus
  2. Kalau aku yang menilai makanan hanya enak dan enak bangeeet ini utamanya cari tempat makan ya harus nyaman, harga terjangkau dan estetik....
    Di depan rumahku bangeet, ada warkop usia masih setahun udh tutup permanen.
    Alasannya ada pesaing yang sama hanya berjarak 500 meter daaaan warkop yang tutup ini lokasi parkirnya susah.
    Padahal makanannya enak2 semua...
    Jadi banyak faktor sebenernya ya yang bikin usaha kuliner ini bertahan atau kolaps

    BalasHapus
  3. Resto jadul memang terkesan lebih hangat dan homey. Saya suka resto jadul. Apalagi kalau beneran jadul karena biasnaya makanannya pun enak. Sayangnya ada beberapa yang terlihat kusam. Padahal jadul harusnya bukan berarti kusam.

    BalasHapus
  4. Buat saya, resto bergaya jadul seperti diajak reuni ke zaman dulu. Kalau jadulnya lebih tua dari usia, lebih penasaran lagi karena saya sangat suka sejarah sosial. Malahan bisa jadi data sejarah beneran.

    BalasHapus

Komentar dimoderasi dulu, ya. Terima kasih.