Hijab for Sisters

Bahasa Marketing yang Paling Menyebalkan

 

bahasa marketing yang menarik.

apasebab.com - Berjualan menjadi jalan ninja banyak orang untuk mendapatkan cuan. Pegawai kantoran mendapatkan gaji sebulan sekali, sedangkan pedagang bisa setiap hari mendapat uang.

Kenyataannya, sekarang banyak orang berjualan dengan produk yang mirip-mirip atau bahkan sama. Itu membuat para pedagang harus pintar-pintar mengatur strategi.

Termasuk di antaranya membuat copy writing dengan bahasa marketing penjualan yang memikat.

Menangkap tren kebutuhan itu, bermunculan pula kelas-kelas online yang menawarkan materi menulis copy writing untuk meningkatkan penjualan.

Dengan bahasa marketing yang menarik ini diharapkan akan mendatangkan banyak pembeli. Itu berarti cuan, cuan, cuan.

 

Bahasa Marketing yang Menyebalkan

Di antara bahasa marketing yang menarik, bahkan terkesan lucu, tak sedikit yang menyisakan rasa kesal di hati konsumen.

Bagaimana tidak kesal kalau rasanya seperti terperangkap dalam jebakan Batman. Yang awalnya excited berubah jadi misuh-misuh.

Ini dia beberapa  bahasa marketing yang kerap bikin kesal konsumen.

 

1. Diskon 100%, Maksimal Rp 5.000.

Diskon 100%. Wow! Sangat menarik. Dalam bahasa sederhana, diskon seratus persen berarti gratis.

Kalau dipikir-pikir, memang tidak mungkin pedagang menggratiskan barangnya. Semua pedagang pasti mencari keuntungan, kan? Setidaknya balik modal.

Namun, kata-kata “diskon 100%” adalah mantra yang menyihir konsumen.

Apakah benar diskon seratus persen?

Ya, benar.

Jadi … gratis?

Ya dan tidak, Sis.

Biasanya kata diskon 100%, 90%, atau persentase lainnya diikuti keterangan yang ditulis lebih kecil: maksimal Rp5.000.

Artinya, kalau barang yang dibeli senilai maksimal Rp5.000, kita akan mendapatkan barang itu secara gratis.

Kalau barang yang dibeli senilai di atas Rp5.000, maka harga barang itu dikurang Rp5.000.

Misalnya casing hp Rp20.000. Dikurangi “diskon 100% maksimal Rp5.000”, jadi kita harus membayar Rp15.000.

Yang lebih mengesalkan, barang-barang di toko tersebut harganya tak ada yang Rp5.000 ke bawah. Jadi, lupakan saja diskon seratus persen itu.

Persentase diskon dan maksimal diskon ini berbeda-beda. Pernah ada toko di marketplace yang memberi diskon 50%, maksimal Rp100. Seratus rupiah.

 

2. Lebaran Sale, Diskon 50%

Lebaran Sale, Christmas Sale, New Year Sale, Holiday Sale, dan semacamnya.

Pesta diskon begitu memang digelar menjelang hari-hari besar atau musim liburan. Persentase diskonnya berbeda-beda. Dari 10% hingga 90%.

Diskon begini pasti disambut dengan sukacita. Kapan lagi bisa membeli barang-barang incaran dengan harga diskon.

diskon pakaian branded
Teliti sebelum membeli.

Tunggu dulu. Jangan terlalu cepat girang. Seperti halnya ada siang ada malam, ada hitam ada putih, pedagang pun ada yang jujur dan ada yang curang.

Ada yang memberi diskon dengan benar-benar diskon. Ada yang memberi diskon tetapi bohong.

Misalnya di masa normal harga dress idaman Rp200.000. Kalau diskon 50% berarti harga yang harus dibayar adalah Rp100.000.

Tapi, ada pedagang yang sebelum memberi diskon 50%, lebih dulun menaikkan harganya. Harga dress Rp200.000 dinaikkan dulu jadi Rp400.000, baru kemudian didiskon 50%.

Ada yang membeli?

Ada. Jangan lupa “diskon” adalah mantra yang menakjubkan. Supaya tak tersihir oleh mantra itu, rajin-rajinlah mencari informasi. Ada smartphone di genggaman, kan? Nah, manfaatkanlah si gawai pintar.

 

3. Mangga Rp10.000/kg

Bahasa marketing yang satu ini sering ditemukan di kios dan mobil penjual buah. Tidak hanya mangga tetapi juga buah-buahan lain seperti jeruk, apel, durian, salak, dan jambu.

Karena tertarik, tak sedikit pengendara mobil dan motor berhenti untuk membeli buah.

Harga murah adalah kuncinya. Ketika di kios lain harga mangga paling murah masih Rp20.000, ini kok ada yang ceban saja.

Setelah dilihat dari dekat, barulah tampak angka ½ tertulis tipis dan kecil-kecil.

Zonk!

diskon buah-buahan
Jangan buru-buru girang.

 

4. Mi Ayam Seporsi Rp 2.000.

Tidak hanya mi ayam, tetapi juga batagor, siomay, bakso, dan berbagai jajanan lainnya.

Bahasa marketing yang menembak nafsu jajan dan membuat perut mendadak keroncongan.

Setelah mendekat dan hendak memesan, barulah terbaca tulisan “sepuluh lembar”. Artinya, seporsi Rp 20.000.

Lapar pun mendadak hilang.

Bye!

 

Teliti Sebelum Membeli

Ya, teliti sebelum membeli. Nasihat lama itu masih tetap relevan. Kata “diskon” dan sejenisnya bisa membuat emak-emak yang hobi membanding-bandingkan harga pun kurang teliti. Merasa menang banyak karena dapat diskon besar, padahal sebenarnya sama saja.

Jangan terlalu girang ketika melihat diskon besar. Lihat dulu syarat dan ketentuannya. Cek juga harga di toko sebelah. Lebih bagus lagi kalau ada toko resminya alias official store.

Bahasa marketing yang menarik memang dibuat untuk menggaet pembeli. Namun, membeli atau tidak konsumenlah yang memegang keputusan.

 

***

4 komentar

  1. Bahasa marketing yang menyebalkan.

    BalasHapus
  2. Ahahah, memang marketing itu ada-ada saja dan beberapa memang harus diakui bikin kezal. Plg kesel tu kalau yang buah2 wkkwkw krn berasa tertipu secara langsung, nah kalau online ya versi diskon 50%, tp maksimal 1rb aja begitu jg dengan cashback wkwkkwkwkkw :'D

    BalasHapus
  3. Relate banget, emang sering menemukan jebakan-jebakan marketing. Kebanyakan memang kata diskon yang paling menggoda

    BalasHapus
  4. Pengalaman saya tahun 2018 tuh beli salak di Bandung karena tergiur dengan tulisan harga 5.000 /Kg. Ternyata setengah nya ditulis kecil. Hahaha...
    Ekspektasi dapat sekilo akhirnya ya setengah kilo saja.

    BalasHapus

Komentar dimoderasi dulu, ya. Terima kasih.

Hijab for Sisters